Dahaga


Siang ini cuaca begitu terik, ku gendong tas hitam besar dipundakku seraya menyusuri jalanan kota nan ramai. Ku pandangi pengendara yang berlalu lalang disekitarku. Aktivitas mereka terlihat begitu padat. Debu yang bercampur sinar matahari disekelilingku kian menyeruak, sebenarnya aku tidak tahan tapi yasudahlah apa boleh buat. Aku mempercepat langkahku dan tanpa kusadari keringat semakin bercucuran diseluruh tubuhku. Perjalanan ini sungguh melelahkan, tenggorokan dan mulutku mulai terasa kering dan pahit. 

Dari kejauhan mulai terlihat seorang pedagang asongan dengan jejeran minuman dingin dagangannya. Semakin ku percepat langkah kakiku, hampir sedikit berlari dan akhirnya aku sampai tepat didepan pedagang itu. Jejeran minuman dingin yang terpampang didepan mata membuatku ingin menghabiskannya hanya dalam satu tegukan saja. Ku pandangi satu persatu minuman itu  dan akhirnya mataku tertuju pada sebotol minuman bersoda berwarna hitam pekat. Ahh ingin sekali rasanya aku meminumnya, tapi aku cukup sadar diri tubuhku sudah tak lagi kuat, aku sudah tak ingin lagi bolak balik kerumah sakit hanya karena maag yang tidak berkesudahan. Penyakit ini sungguh menyusahkan tubuhku dan tentunya menyusahkan dompetku juga.

Daripada mengambil resiko, ku ambil dan ku bayar sebotol air mineral dingin. Aku pikir minuman ini akan cukup memanjakan tenggorokanku yang kering kerontang ini. Ku minum air mineral itu dengan terburu-buru, kurasakan setiap tegukannya ditenggorokan, rasanya lega sekali. Setelah cukup lama beristirahat dan melepas dahaga. Aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sambil memegang botol plastik air mineral tadi. Setelah ku pikir-pikir tidak salah memilih air mineral ini, selain sehat tapi juga bisa hemat. Matahari yang kian menepi membuatku dapat menikmati perjalanan ini.